top of page

KISAH KITA

Writer's pictureSicika

Cowok Kasir (Jilid 5)



Akhirnya shift-ku hari ini selesai. Ku kemasi semua barangku ke dalam backpack, termasuk seragamku yang telah ku ganti dengan sebuah kaos hitam polos. Di sampingku Banu sedang membasahi tenggorokannya.


"Lo beneran kagak kenal itu cewek, Lang?"


Itulah pertanyaan yang dua hari belakangan ini keluar darinya, sejak pertemuannya dengan gadis yang menanyakan keberadaanku. Ia masih penasaran dengan gadis itu--sama sepertiku.


"Kenapa emang?" tanyaku seraya melapisi kaosku dengan jaket, "penasaran banget lo."


Banu bangkit dari duduknya, kemudian melangkah mendekati pintu ruang pekerja. "Cakep, ye. Coba yang ketemu pertama kali gue bukan lo." Aku mengikutinya dari belakang sambil tersenyum bangga mendengar pernyataan Banu.


"Herannya lo nggak tau namanya," Ucapnya sambil membalikan badannya ke arahku erjalan mundur.


"Bentar lagi gue tau namanya kok, hm atau mungkin gue udah tau," sebelah bibirku terangkat lalu, "Ini jalan gue ketemu dia." Ujarku bangga sambil mengeluarkan dompet hitam dengan motif bintang kecil berwarna kuning dari backpack-ku.


Banu melongo, menatapku seolah bertanya punya dia? Lalu ku jawab dengan sebuah anggukan.


"Lo sekarang alih profesi jadi copet, Lang?" tanyanya.


Aku menepuk jidatku ternyata aku salah membaca pikirannya. Setelah itu aku memasukan kembali dompet itu ke dalam backpack-ku dan segera menutup restletingnya agar tidak terjatuh. Aku harus menjaganya baik-baik sebelum kembali pada pemiliknya. Karena dua hari belakangan tidak ku temukan batang hidungnya di minimarket membuatku memundurkan waktu pengembalian dompetnya. Mungkin akan ku kembalikan di kampus jika aku bertemu dengannya.


Setelah berpamitan pada teman kami yang berjaga selanjutnya, shift malam, ku langkahkan kaki menuju pintu kaca minimarket. Aku sibuk merogoh kunci motor di saku jaketku saat tubuh mungil menabrakku atau lebih tepatnya aku yang menabraknya karena tidak memperhatikan ke mana kakiku pergi.


"Eh!"


Suara terkejut itu membuatku memandang korbanku. Saat mataku bertemu dengan mata coklat kayu itu secara otomatis sebuah lengkungan kecil menghiasi wajahku.


Tidak ingin menghalangi jalan, aku pun menyingkir dan membiarkannya masuk. Kuputuskan duduk di bangku yang tersedia di luar minimarket ini untuk menunggunya menyelesaikan belanjaannya.


"Tuh kan, emang cakep ye itu cewek," ujar Banu yang aku kira dia telah pulang terlebih dahulu, tapi nyatanya ikut duduk di sampingku, "jangan dilepas, Lang, yang kayak gitu."


"Dikira layangan kali lepas-lepas." Kekehku mendengar ucapannya.


Banu menyandarkan punggungnya sambil melipat kedua tangannya di belakang kepala. "Ya, kalo lo nggak gercep, biar buat gue aja kalo gitu."


Tepat setelah ucapan Banu, gadis yang ku nanti keluar dari minimarket dengan permen di mulutnya. Apakah dia berhasil membuka permennya sendiri?


"Cewek lo udah keluar itu. Cepet kejar." Ucapnya seraya menepuk pundakku berkali-kali, menyuruhku untuk cepat.


Ku pukul kepala Banu agar otak miringnya tambah miring. "Iya sabar. Gue juga tahu, udah pulang sana lo."


Setelah mengucapkan itu aku berlalu meninggalkan Banu yang berteriak semangat entah untuk apa. Ku kejar gadis itu yang sedang berjalan menjauhi minimarket.


Aku coba untuk memanggilnya, "Hei, Cewek Permen!"


Bodoh sekali.


"Asa!"


Mendengar namanya dipanggil, mau tak mau pemilik nama itu menoleh ke arahku. Setelah ia berhenti di tempatnya berdiri, ku beranikan diriku untuk mengikis jarak di antara kami.


------------------------------

-Author Wattpad keju-manis, Aulia Febriana.

@auliafxbriana

1 view0 comments

Commentaires


bottom of page