top of page

KISAH KITA

Writer's pictureSicika

Hujan Setahun

Updated: Nov 29, 2018



Mendung menghampiri lagi, entah sudah yang ke berapa kali dalam setahun ini. Mungkin belasan bahkan puluhan kali hingga awan tak kuasa untuk menahan jutaan air hujan yang akhirnya jatuh membasahi bumi.


“Mendung, aku harus cepat sebelum hujan turun.” Dani, seorang fotografer di usianya yang masih cukup muda terlihat tergesa-gesa meninggalkan apartemenya. Entah ke mana dia akan pergi di hari yang mendung itu dengan membawa sebuah kamera di tanganya. Perlahan namun pasti, hujan mulai turun dengan derasnya menjadi melodi penenang bagi siapapun yang mendengarnya.


Hujan yang cukup deras itu tidak menyurutkan semangat Dani untuk pergi. Dia menatap butiran hujan itu dari dalam mobilnya sambil tersenyum.


“Ku harap kali ini aku dapat bertemu denganmu lagi, seperti di hujan-hujan yang telah berlalu dalam setahun ini.”


Mobil yang dikendarai Dani berhenti di sebuah taman. Pria tampan itu perlahan keluar dari dalam mobilnya sambil tetap membawa kamera yang telah dia beri pelindung itu. Tanpa mempedulikan derasnya hujan Dani melangkah menyusuri taman itu. Sebuah senyum terukir di bibirnya. Senyum Dani semakin mengembang mana kala dia menemukan apa yang dicarinya hingga rela keluar rumah dalam kondisi hujan deras seperti ini.


Seorang wanita cantik dengan kulit putih susunya itu tengah duduk di sebuah bangku taman. memandang kosong ke arah jalanan. Gaun hitam yang dipakainya telah basah terkena derasnya air hujan. Namun itu semua tidak dipedulikanya sama sekali wanita itu tetap saja memandang dengan tatapan kosong ke arah jalan.


“Sudah kubilang kita akan bertemu lagi nona.” Ucap Dani tanpa sadar mengambil foto gadis itu dari tempat persembunyianya kini.

“Ada apa denganya? Dia terlihat akan jatuh.” Dengan cepat Dani berlari menghampiri gadis itu. Hampir saja kepala gadis itu mengenai bangku taman jika saja Dani tidak cepat menagkap kepala gadis itu.

“Oh astaga…apa dia pingsan?” Ucap Dani dalam hati.

“Nona…hai…nona bangun…” Ucap Dani sambil menepuk-nepuk pelan wajah cantik gadis itu. Namun nihil, gadis cantik itu tak menunjukan tanda-tanda akan bangun. Dengan cepat Dani menggendong dan membawa gadis itu ke dalam mobilnya. Dani memutuskan akan membawa gadis itu ke apartemenya, karena tak tau di mana rumah gadis tersebut.


Dua jam telah berlalu dan akhirnya gadis cantik itu siuman juga dilihatnya semangkok bubur hangat dan segelas air mineral yang belum tersentuh. Pandanganya beralih ke segala penjuru ruangan yang dia yakini bukanlah kamarnya. Decitan pintu yang terbuka, memaksa pandangan gadis itu untuk beralih ke pintu tersebut. sesosok pria tampan masuk ke dalam kamar itu.


“Rupanya kau sudah sadar, syukurlah. Tadi aku menemukanmu pingsan di taman saat hujan.”


“Kau tidak menemukanku, tapi kau menolongku. Aku tau kau selalu memperhatikan aku di taman itu, aku tau kau selalu mencari aku dalam hujan setahun ini. Aku selalu melihatmu yang tersenyum saat melihatku, tersenyum bahagia seakan tiada beban dalam hidupmu. Namun aku selalu mengacuhkanmu. Maafkan aku.”


“Tidak, kau tidak perlu minta maaf, semua yang kau katakan memang benar. Aku selalu memperhatikanmu di hari-hari hujan setahun ini. Namun satu hal yang membuatku bertanya-tanya. Mengapa kau hanya ada di sana pada saat hujan dengan memakai pakaian hitam ini?”

“Aku kehilangan satu-satunya keluargaku di sana. Ibuku, aku kehilanganya di sana pada hari berhujan setahun yang lalu. itulah alasan aku selalu duduk di sana di hari yang berhujan.”


“Apa yang terjadi padanya?”


“Di jalan itu, dia ditabrak saat akan menyebrang menemuiku yang saat itu sedang duduk di bangku taman itu.”


“Aku turut berduka cita atas meniggalnya ibumu.”


“Aku memang kehilangan ibuku setahun yang lalu di hari yang berhujan, tapi sepertinya aku menemukan seseorang baru yang aku cintai di hari berhujan setahun ini.”


Tatap mata gadis itu mengarah pada Dani dengan penuh cinta. Dani membalas tatapan itu dengan tatapan yang sama.

2 views0 comments

Comments


bottom of page