top of page

KISAH KITA

Writer's pictureSicika

D I A


Siang itu terlihat keramaian suara-suara berlalang buana di sekitar sudut tempat. Keramaian yang menghiasi siang itu dengan adanya cahaya matahari yang menyinari, angin yang berhembus kencang dari barat hingga timur. Beratus–ratusan insan atau beribu–ribu berjalan mengitari sudut ruangan dengan canda, tawa dan kebersamaan dengan insan yang terkasih. Jam pun berjalan dengan cepat. Cahaya matahari mulai memudar dengan secara perlahan–lahan. Angin berhembus semakin cepat tak beraturan. Keramaian itu masih menyelimuti keindahan sudut itu.

Sembari menunggu kewajiban insan untuk membuka keindahan agar keramaian itu dapat leluasa menikmati sudut tempat yang sejuk. Keramaian tak kunjung surut, tak kunjung memudar. Waktu tetap semakin berjalan. Keramaian pun semakin padat meningkat.


Dia mulai bergoyang, bergerak tak beraturan. Rasa panik, takut, hancur menyatu menjadi satu. Dia tak henti hentinya menggugah rasa keramaian menjadi pecah tak beraturan. Berlari-lari sekuat tenaga tanpa mempedulikan hal lain apapun. Dia memberanikan diri untuk bergerak ke arah keramaian, menghempaskan tangisannya. Menghantam keramaian yang ada tanpa terkecuali. Dia bergerak ke setiap sudut sudut yang dirasa harus digerakan, digoyangkan secara tak teratur.

Dia terus menerus bergerak dan tak terhenti tanpa menyisakan kegembiraan. Dia mulai mengangkut beberapa keramaian yang sedang bercanda tawa menikmati keindahan, menghampiri keramaian yang sedang berlari menuju sudut yang lebih tinggi. Dia tak terkalahkan, tak terduga, tak terhentikan, tak bersahabat. Tetapi dia, mampu bergerak tak beraturan yang meninggalkan air air yg jatuh dari kehidupan. Dia mengejar tiap keramaian tanpa melihat kondisi sudut itu.


Dia mulai kembali pergi meninggalkan keramaian. Setelah bergerak secara cepat pada keramaian. Dia mulai mengangkat insan-insan yang telah ikut pergi bersamanya. Satu persatu mulai terlihat secara mengenaskan. Hancur puing puing hati ini. Air–air kehidupan mulai berjatuhan. Suara–suara teriakan mulai terdengar satu persatu. Menyakitkan ketika berlari tak bersatu dengan orang terkasih. Dia telah merenggut kehidupan keramaian dengan meluluhlantahkan sudut tempat yang ada. Dia berhasil menghancurkan setiap hati keramaian tanpa menyisakan suatu kebahagian. Dia adalah satu hal yang tak pernah terlupakan karena dia begitu menyakitkan dalam ingatan.




28 september 2018 – Nurliza Fatimah

1 view0 comments

Comentários


bottom of page