Kala itu malam terlihat gelap
Padahal bintang sudah berenang ke permukaan
Rintik kesedihan turun saat itu
Oh, ya, semesta tahu mengapa langit terliha sangat gelap
Seseorang menyalahkan dirinya malam itu
Katanya tidak berhasil meraih bintang
Tidak tahu siapa yang harus disalahkan
Dirinya atau bintangnya?
Berulangkali belati tertancap di dadanya
Masih bimbang siapa penyebab langit itu gelap
Bulan bilang itu salah bintang
Tapi ia bilang itu salahnya karena terlalu bodoh
Setiap detik dalam hidupnya langit terus saja gelap
Berharap diberikan satu lubang kelinci yang berujung
Makai ia akan terus merangkak hingga mencapai ujung tersebut
Ketika setitik cahaya terekam oleh pupilnya, kedua sudut bibirnya naik setengah
Tidak sepenuhnya
Nalar bilang dirinya memiliki dua pilihan
Berujung melihat bintang atau kembali melihat langit gelap
Bulan berbisik padanya
“Jangan takut untuk mengetahui mana yang akan datang.
Coba saja, hidup itu penuh kejutan.”
Meski ragu, ia lewat begitu saja di depan nalar dan berlari pada bulan
Tiba di ujung, sudut bibirnya naik penuh
Tatapannya berbinar
Oh, bulan ada di sana sedang tersenyum bersama satu kawan
Kawan bulan pamit pada bulan
Dengan tersenyum sambil menghampiri seseorang itu
Belati-belati pamit dengan sendirinya
Langit gelap mendadak butuh secercah sinar kecil
Oh, rupanya itu Bintang.
Commentaires