top of page

KISAH KITA

Writer's pictureSicika

SATPAM DAN TONGKAT SIHIR



Hujan turun tidak menggentarkan niatku untuk pergi menonton layar tancap dengan gaya modern sore itu. Udara dingin yang menyelimuti sore yang menyejukan itu.Ku buka si payung, sang penghalang air hujan jatuh ke baju yang sudah ke semprot wewangian kesukaanku. Yang aromanya semakin membuatku bersemangat tak sabar melihat pemutara film yang sudah lama kutunggu, film bertema sihir dengan headline “fantastic”.


Saat masuk ke dalam tempat pemutaran film semua orang sudah memegang kartu yang bertuliskan nomor bangku mereka yang sebelumnya mereka bayar saat memesan. Ku pilih bangku paling strategis, ku taruh payungku disebalahku supaya tidak begitu mengganggu. Dengan berbekal makanan dari luar yang harumnya menusuk indra penciuman serta membuat perut keroncongan.

Lampu mulai digelapkan, aku terbuai dengan kisah yang disuguhkan. Aku terbuai dengan cerita yang divisualkan itu, terbawa suasana yang ada pada film, bahkan sempat ikut tertawa saat adegan yang ditampilkan memperlihatkan ke anehan sang pemeran yang ada didalamnya.

Saat lampu sudah mulai di nyalakan, aku masih tidak puas dengan akhir yang diberikan. Masih banyak pertanyaan. Kenapa newt susah sekali berbicara 8 kata itu?


Semua penonton mulai meninggalkan bangkunya masing-masing lekas keluar, begitu pula diriku. Saat sedang asyik membahas beberapa bagian film tadi dengan teman tiba-tiba aku teringat tongkat yang sedari tadi tidak ku pegang. Bukan, bukan tongkat.

Payungku ternyata tertinggal, akhirnya aku memutuskan untuk kembali lagi dan mengambilnya. Saat masuk ke dalam ruang, ku lihat sudah ada beberapa orang yang sedang membersihkan ruangan untuk selanjutkan akan dipakai lagi. Dari semuanya aku melihat ada satpam yang berdiri di tengah tengah baris paling atas. Dari bawah aku bertanya apakah ia melihat payung berwarna biru kesayanganku.


Jawabanya, dengan secepat kilat ia mengayunkan tangan kananya yang ia sembunyikan sedari tadi belakang. Kemudian mengangkat payung, yang ternyata payungku. Bersamaan itu payungku menjadi memanjang yang mengeluarkan bunyi “cklek” dan berteriak “yang ini mba?” sambil tegap seperti sedang melakukan aksi sihir. Seketika semua yang ada di ruangan itu tertawa, temasuk aku. Ha ha ha.

5 views0 comments

Comentarios


bottom of page