top of page

KISAH KITA

Writer's pictureSicika

SELF REMINDER



Entah benar atau hanya generalisasi semata, menurut saya, manusia yang diciptakan Allah dengan memiliki hawa nafsu, terkadang memiliki kesulitan untuk bersyukur. Padahal setiap manusia memang diciptakan dengan memiliki hawa nafsu. Lebih dari itu, manusia yang diciptakan dengan memiliki akal pikiran, sayangnya terkadang kurang mampu mengolah kalimat yang terlontar dan kurang mampu menjaga hati orang lain. Kalimat sederhana semacam, coba kamu jadi saya, misalnya. Terdengar biasa, terlihat bukan masalah besar, tapi ketika kalimat itu terucap, apakah terlintas sedikit saja di benak kita, bagaimana jika diri kita yang menjadi orang tersebut? Akankah kita dapat melalui kehidupannya dengan lebih baik daripada orang tersebut? Sebut saya berlebihan, tak apa, ini hanyalah sebuah prolog dan saya tak akan berhenti berlebihan di tulisan ini.

Saya tidak akan membahas hal di atas lebih dalam. Mengingat diri saya sendiri masih acap kali kurang mampu bersyukur, masih sering kali dengan sengaja ataupun tanpa sengaja menyakiti hati orang lain. Bahkan terkadang, terbesit pikiran konyol ketika mendengar orang lain mengeluh, saya rela menukar kehidupan saya dengannya. Padahal saya yakin, banyak orang yang mendambakan kehidupan seperti saya. Ya, seperti yang sudah saya katakan, saya masih kurang pandai bersyukur, saya masih kurang mampu menghargai orang lain.


Hanya saja saya terkadang sedikit gemas dengan oknum-oknum yang mengeluhkan kehidupannya (Dan saya baru sadar bahwa saya termasuk di dalamnya ), mengeluhkan hal yang terjadi atas keputusan yang dengan sadar diri dibuatnya. Mungkin bukan salah oknum-oknum tersebut mengeluh, bukan. Salah saya lah yang menginginkan hal yang telah dikeluhkan orang lain. Salah saya lah yang tidak pandai menghargai kehidupan saya sendiri. Salah saya lah yang menginginkan sesuatu yang telah dimiliki orang lain.


Saya tahu hal tersebut terdengar kekanak-kanakan, sama sekali tidak dewasa. Karena itu saya mencoba mencegah agar hal yang sama tidak terjadi lagi. Hanya ada satu hal yang terbesit di pikiran saya, berhenti terlalu banyak berharap. Sebesar apapun kemungkinan hal yang saya inginkan akan terwujud, sebesar apapun orang lain percaya saya akan mendapatkan hal tersebut, sebesar apapun keinginan saya hal itu terwujud. Saya akan mencoba untuk mengurangi takaran berharap saya.


Menjadi seseorang yang visioner memang luar biasa. Memiliki pikiran yang jauh ke depan, bersama dengan ambisi-ambisi yang positif. Namun bukankah akan lebih luar biasa lagi jika kita hanya berfokus pada misi-misi untuk mencapai ambisi tersebut? Melakukan yang terbaik untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Sebatas berusaha dan berdoa dalam mewujudkannya dengan sebaik-baiknya, tanpa terlalu banyak bumbu-bumbu drama yang saya sebut dengan berharap. Masalah terwujud atau tidak, biar Allah yang memutuskan. Sehingga ketika satu waktu nanti saya terjatuh, saya tidak membutuhkan waktu yang terlampau lama untuk menyembuhkan luka-luka yang ada, saya bisa segera bangkit dan kembali berlari dalam mencapai impian-impian saya lainnya.


Terlihat sangat sederhana keinginan saya saat ini. Meskipun saya tahu, akan sulit untuk saya menerapkannya. Namun tidak ada yang lebih baik selain terus berusaha.


------------------------------

-Author haloassyifa.wordpress.com, Assyifa.

@assyifw

31 views0 comments

Comments


bottom of page