top of page

KISAH KITA

Writer's pictureSicika

Sua suasana.



Riuh gemuruh, hiruk pikuk suasana kelas pagi itu menyambutku. Menyambut pagi yang sendu karna sang mentari memilih bersembunyi dibalik awan awan hitam gelap dibanding memancarkan sinar hangatnya. Langkahku pelan namun pasti, sapaan serta senyuman wajah adam dan hawa terpampang disana. Aku menghela nafas, dan berkata bahwa hari ini akan baik baik saja.


Ramai. Mereka bertegur sapa, bercanda tawa, beradu komentar tentang apa yang terjadi di social media tadi malam. Aku termangut, mencoba mengimbangi, mencoba terbawa suasana yang ada karna aku ingin terbawa arusnya. Tuhan, aku senang berada dikerumunan. Tidak ada yang tahu pasti tentang apa yang sebenarnya ku rasakan, palsuku tetap terjaga, tak ada yang tersadar.


Kursi kursi yang ada mulai memiliki penunggunya, suara canda dan tawa semakin beradu, teriakan dari sang ibu penjual dari dalam kiosnya memecahkan keramaian kantin. Bisingnya kadang membuat kepalaku berputar. Keramaian itu memang menarik, kadang buat tertarik kadang memekik.


Pagi berganti, kini matahari sudah tenggelam. Memilih untuk beristirahat, mungkin ia lelah. Sama sepertiku. Orang berkata kesendirian kadang menyakiti, kesepian kadang menggerogoti, tapi aku suka. Aku suka ketika aku sendirian, hanya aku dan alunan music juga suara hujan malam itu.


Namun, Sambaran petir bersuara bersamaan dengan suara tinggi dari luar, suara bariton yang meninggi yang ku kenal. Suara tangis yang benci ku dengar. Ibu, ayah, ada apa?


Suara gemuruh dari luar rumah terkalahkan oleh suara dua jiwa yang ku cinta, ku sayang. Dua jiwa yang mengajariku kasih sayang, tapi yang ku dengar sekarang hanyalah kebencian, penyesalan, tanpa kata maaf. Hujan semakin deras, begitu juga teriakan dari luar yang semakin kencang. Dua indra telingaku berusaha menghiraukan, berusaha mengontrol apa yang bisa kudengar. Tuhan, saat inilah ketika aku butuh ke ramaian. Bahkan hal ini lebih memekikan dibanding ke ramaian disekolah.


Ku tutup selimut, ku tutup telingaku dan berusaha terpejam. Aku berdoa, semoga besok menjadi hari yang baik baik saja.

8 views0 comments

Comments


bottom of page